Varietas Kedelai Plus

Belum lama ini lembaga riset LIPI telah berhasil merakit varietas kedelai plus yang mampu menghasilkan bintil akar dalam jumlah yang lebih banyak. Banyaknya bintil akar yang dimiliki membuat tanaman ini mampu mengikat Nitrogen bebas jauh lebih banyak pula. Sehingga unsur Nitrogen yang pada tanaman dapat tercukupi tanpa perlu penggunaan pupuk dengan dosis tinggi. Kemampuannya menghasilkan bintil akar pada kondisi tanah yang asam dan pH yang sangat rendah membuat varietas ini tidak memerlukan input pupuk. Bahkan jika memang memerlukan pupuk maka cukuplah pupuk yang mengandung hara dengan dosis rendah kurang lebih 2 kg/ha. Varietas ini merupakan pengembangan dari varietas lokal yang ada namun karena keunggulannya membuat varietas ini memiliki pertumbuhan yang cepat daripada varietas kedelai biasa.
Varietas ini dirakit dengan menginjeksi mikroba BTCC-B64 kedalam biji kedelai pada tekanan 1 atm
dengan teknologi vakum. Mikroba BTCC-B64 ini mengandung isolat Rhizobium yang menyebabkan biji kedelai mampu bertahan hidup dan memperbanyak diri pada kondisi asam dan pH yang rendah.
Aplikasi dari bakteri Rhizobium kepada tanaman dapat dilakukan dengan cara mencampur suspensi bakteri kepada biji kedelai. Dengan demikian, saat biji berkecambah, bakteri akan mulai menginfeksi akar kedelai dan selanjutnya membentuk bintil akar.
Selain itu, varietas ini juga memiliki keunggulan lain tidak membutuhkan biaya yang tinggi dalam proses penanamannya dan hasil produksi yang tidak mengecewakan. Ini terbukti melalui ujicoba lapangan yang dilakukan di Musirawas Palembang varietas kedelai plus ini mampu menghasilkan produksi kedelai sampai 4 ton perha.
Dengan adanya pengembangan varietas ini membuktikan
kualitasnya kedelai lokal tidak kalah dengan kedelai impor
. Dan kedepannya diharapkan dapat memberikan solusi untuk mengatasi melonjaknya harga kedelai impor yang sering digunakan untuk memproduksi tahu dan tempe. Namun, untuk pengembangannya masih diperlukan kerjasama berbagai pihak untuk perbanyakan benih dan sosialisasi ke petani .
Sumber Kompas 16 Januari 2008